Rabu, 01 Agustus 2012

Sejarah Pekabaran Injil di Kaliceret

Kekristenan di desa Kaliceret berkembang berkat adanya pekabaran Injil yang dilakukan oleh  Salatiga Zending, sebuah lembaga pekabaran Injil yang dibentuk oleh jemaat Ermelo (Belanda) dan jemaat Neukicherner di Jerman. Salatiga Zending merupakan lembaga pekabaran Injil yang dibentuk dengan wilayah kerja meliputi Jawa Tengah bagian Utara. Salatiga Zending sendiri sebenarnya merupakan perkumpulan tiga lembaga yatu: Neukichener Mission, Perhimpunan Pendukung Para Pekabar Injil dari Salatiga Zending di Jawa, dan Perserikatan Para Zendeling dari Salatiga Zending di Jawa. Zendeling adalah orangnya, sedang Zending adalah nama untuk badannya. 


Foto GKJ Kaliceret tahun 1998.

Berdasarkan buku panduan penahbisan Pendeta GKJTU tertanggal 29 Mei 1998 disebutkan bahwa terjadinya jemaat Kaliceret adalah berkat adanya pekabaran Injil yang dilakukan Zendeling dari Belanda yaitu Pendeta de Boer pada tahun 1869. Padahal berdasarkan keterangan Buku Ragi Carita Karangan Van Den End/hal 223, Pendeta de Boer merupakan utusan dari Jemaat Ermelo di Belanda yang ditugaskan di Jemaat Nyemoh (Bringin, kurang lebih 20 Km Selatan Kaliceret ke arah Salatiga), karena diminta oleh Ny.de Jolle, pendiri jemaat di Nyemoh. Itu artinya keberadaan jemaat di Kaliceret merupakan perkembangan dari pekabaran Injil dari desa Nyemoh. Bahkan secara historis Kaliceret kemudian menjadi pintu masuk untuk penyebaran kekristenan di wilayah kabupaten Grobogan,Dari desa Nyemoh inilah pekabaran Injil kemudian bergerak dari desa Kristen Nyemoh di Wonorejo Salatiga ke wilayah utara yaitu Kaliceret.


Ibu D'e Jolle. pendiri jemaat Nyemoh, Wonorejo, Bringin Salatiga

    Mengingat bahwa keberadaan orang Kristen di kaliceret tidak bisa lepas dari pekabaran Injil yang dilakukan oleh Pendeta de Boer, itu artinya bahwa sebelum kekristenan berkembang di Kaliceret, dukuh Kaliceret sudah memiliki penduduk sebelumnya. Hanya siapa saja yang pertama kali menghuni dukuh Kaliceret tak bisa dilacak mengingat tak ada satu buktipun yang dapat dipakai untuk merunut sejarah ini. Kita hanya bisa menduga-duga dengan sejarah pembukaan areal hutan menjadi dukuh Kaliceret oleh para prajurit Mataram waktu itu (lihat sejarah desa Kaliceret). Kemungkinannya mereka menempati dukuh Kaliceret yang kemudian diikuti oleh yang lain.


Foto ini menceritakan kegiatan kerja bakti yang dilakukan para pekabar Injil bersama anak sekolah minggu Kaliceret waktu itu.

    Sedangkan menurut catatan sejarah Ds.Tabri Wirjowasito (Pendeta GKJ Purwodadi), yang dikutip dari Zendingseeuw van Nederland Oost Indie karangan S.Coolsma (Rotterdam, 24 Agustus 1901) dan Babad Zending Tanah Jawi karangan J.D.Wolterbeek, serta dari cerita dari mulut ke mulut dari dari Buletin Gerejawi, bahwa pertumbuhan kekristenan di Kabupaten Grobogan dimulai pada tahun 1881 yang dirintis oleh de Boer (dari Nyemoh, Salatiga) di desa Keceme (Toroh, Gundih), desa Sulu (Kecamatan Penawangan) dan di desa Kaliceret. Itu artinya bahwa rintisan jemaat di Kaliceret terjadi pada tahun 1881 oleh de Boer. Dari rintisan tersebut, menurut cerita lisan dari mulut ke mulut, dibuatlah gereja “welit”, atap dari ilalang di lokasi GKJ yang sekarang.Menurut keterangan beberapa sumber gereja di Kaliceret didirikan tahun 1898.  Hanya setelah di Kaliceret didirikan rumah sakit pembantu dari Komisi Pitulungan di Purwodadi, karena lokasi gereja semula dipakai untuk membangun rumah sakit tersebut, maka dibangunlah gereja yang baru (GKJTU sekarang), beserta rumah kapandhitan (Loji sekarang), dan Balai Pelatihan Perawat Pribumi di belakang loji (Lihat peta). Untuk Balai Pelatihan Perawat Pribumi sekarang ini tidak ada karena telah dibongkar.
            Disebutkan waktu itu bahwa di Purwodadi terjangkit penyakit Prambosia, Pathek, semacam penyakit kulit menular. 

Foto berlokasi di belakang loji Kaliceret, bernama Kompleks Balai Perawatan Pribumi, tampak beberapa pasien Prambosia/Patek sedang mendapat perawatan.
Patek kebanyakan menyerang kaki.

    Pendeta Geriche yang melayani di Keceme menaruk perhatian terhadap penderitaan rakyat ini dan secara langsung ikut merawat. Untuk itu tahun 1903 didatangkan dr. S.Van Der Ley untuk mendirian Rumah Sakit Pitulungan di Kaliceret. 


 Tampak dalam foto menceritakan para mantri Zendeling sedang memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

    Keberadaan Rumah Sakit Pitulungan ini sangat membantu masyarakat sekitar. Terbukti kemudian banyak orang yang berobat ke Kaliceret. Mereka yang menjadi sembuh kebanyakan tidak mau kembali ke desanya tetapi menetap di Kaliceret. Banyak diantara mereka yang menjadi Kristen dan dibabtis. Salah satu contoh adalah Mbah Kaji Badrun dari Kuripan Purwodadi. Setelah sembuh dari penyakitnya, beliau tidak kembali ke desanya tetapi  menjadi Kristen dan menetap di Kaliceret. Namanya kemudian diubah menjadi Isakar dan setelah itu ia diangkat oleh Pendeta Belanda menjadi Kolpolteer (penjual buku rohani) yang menjajakan dagangannya berkeliling dengan sepeda sampsi ke daerah Demak. Maka lama kelamaan jemaat di Kaliceret semakin bertambah banyak.  Sekitar tahun 1930an menjadi 400 orang. Maka tahun 1935 di jemaat Kaliceret ditetap seorang guru Injil bernama M.Josafat Siswodarmo yang melayani bersama Pendeta C.L. Bansemer dan Pendeta Sank. Karena Pendeta C.L. Bansemer dan Pendeta Sank pergi ke Jerman maka tahun 1937 M.Josafat Siwodarmo diangkat menjadi Pendeta pertama di Kaliceret.

Foto berikut ini menggambarkan jejak para pekabar Injil di Kaliceret
Bruder Bansemer sedang mengajak berjalan bersama anak-anak sekolah.


5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Puji Tuhan Pak, sudah menuliskan tentang Sejarah singkat pengabaran injil di dusun kaliceret, yang mana ini bisa menambah wawasan bagi anak cucu dari Mbah Isakar (Nama lengkap beliau : Wiro Rabidin Isakar), saya terutama cukup senang dapat membaca tulisan Bapak dan kiranya dengan tulisan Bapak dapat memberkati banyak orang.
    JBU

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih pak Yemi. Maaf blog ini memang yang mengerjakan saya pribadi, jadi profresnya lambat, Saya sedang akan susun menjadi buku. Mudah2an kelar. Terima kasih

      Hapus
  3. shallom...kebetulan saya adalah warga Keceme (GKJ Gundi, pepantan Keceme), jika ingin tahu tentang sejarah dan perkembangan gereja khususnya di wilayah Keceme dan Gundi bisa kemana atau menghubungi siapa nggeh ? suwun
    Gusti mberkahi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih pak Fedi. Sekarang bapak tinggal di mana> Bapak bisa hubungi Pendeta GKJ Gundi, Pdt.Stefanus BUdi Sarwono, WA, 0852-2785-9771. Bapak bisa juga tuliskan sejarah singkat pasamuwan keceme yang bapak tahu. Matur nuwun

      Hapus