Kekristenan di desa Kaliceret berkembang berkat adanya pekabaran Injil yang dilakukan oleh Salatiga Zending, sebuah lembaga pekabaran Injil yang dibentuk oleh jemaat Ermelo (Belanda) dan jemaat Neukicherner di Jerman. Salatiga Zending merupakan lembaga pekabaran Injil yang dibentuk dengan wilayah kerja meliputi Jawa Tengah bagian Utara. Salatiga Zending sendiri sebenarnya merupakan perkumpulan tiga lembaga yatu: Neukichener Mission, Perhimpunan Pendukung Para Pekabar Injil dari Salatiga Zending di Jawa, dan Perserikatan Para Zendeling dari Salatiga Zending di Jawa. Zendeling adalah orangnya, sedang Zending adalah nama untuk badannya.
Foto GKJ Kaliceret tahun 1998.
Berdasarkan buku panduan penahbisan Pendeta GKJTU
tertanggal 29 Mei 1998 disebutkan bahwa terjadinya jemaat Kaliceret adalah
berkat adanya pekabaran Injil yang dilakukan Zendeling dari Belanda yaitu
Pendeta de Boer pada tahun 1869. Padahal berdasarkan keterangan Buku Ragi
Carita Karangan Van Den End/hal 223, Pendeta de Boer merupakan utusan dari
Jemaat Ermelo di Belanda yang ditugaskan di Jemaat Nyemoh (Bringin, kurang
lebih 20 Km Selatan Kaliceret ke arah Salatiga), karena diminta oleh Ny.de
Jolle, pendiri jemaat di Nyemoh. Itu artinya keberadaan jemaat di Kaliceret
merupakan perkembangan dari pekabaran Injil dari desa Nyemoh. Bahkan secara
historis Kaliceret kemudian menjadi pintu masuk untuk penyebaran kekristenan di
wilayah kabupaten Grobogan,Dari desa Nyemoh inilah pekabaran Injil kemudian bergerak dari desa Kristen Nyemoh di Wonorejo Salatiga ke wilayah utara yaitu Kaliceret.
Mengingat bahwa keberadaan
orang Kristen di kaliceret tidak bisa lepas dari pekabaran Injil yang dilakukan
oleh Pendeta de Boer, itu artinya bahwa sebelum kekristenan berkembang di
Kaliceret, dukuh Kaliceret sudah memiliki penduduk sebelumnya. Hanya siapa saja
yang pertama kali menghuni dukuh Kaliceret tak bisa dilacak mengingat tak ada
satu buktipun yang dapat dipakai untuk merunut sejarah ini. Kita hanya bisa
menduga-duga dengan sejarah pembukaan areal hutan menjadi dukuh Kaliceret oleh
para prajurit Mataram waktu itu (lihat sejarah desa Kaliceret). Kemungkinannya
mereka menempati dukuh Kaliceret yang kemudian diikuti oleh yang lain.
Foto ini menceritakan kegiatan kerja bakti yang dilakukan para pekabar Injil bersama anak sekolah minggu Kaliceret waktu itu.
Sedangkan menurut catatan
sejarah Ds.Tabri Wirjowasito (Pendeta GKJ Purwodadi), yang dikutip dari
Zendingseeuw van Nederland Oost Indie karangan S.Coolsma (Rotterdam, 24 Agustus
1901) dan Babad Zending Tanah Jawi karangan J.D.Wolterbeek, serta dari cerita
dari mulut ke mulut dari dari Buletin Gerejawi, bahwa pertumbuhan kekristenan
di Kabupaten Grobogan dimulai pada tahun 1881 yang dirintis oleh de Boer (dari
Nyemoh, Salatiga) di desa Keceme (Toroh, Gundih), desa Sulu (Kecamatan
Penawangan) dan di desa Kaliceret. Itu artinya bahwa rintisan jemaat di
Kaliceret terjadi pada tahun 1881 oleh de Boer. Dari rintisan tersebut, menurut
cerita lisan dari mulut ke mulut, dibuatlah gereja “welit”, atap dari ilalang di lokasi
GKJ yang sekarang.Menurut keterangan beberapa sumber gereja di Kaliceret
didirikan tahun 1898. Hanya setelah di
Kaliceret didirikan rumah sakit pembantu dari Komisi Pitulungan di Purwodadi,
karena lokasi gereja semula dipakai untuk membangun rumah sakit tersebut, maka
dibangunlah gereja yang baru (GKJTU sekarang), beserta rumah kapandhitan (Loji
sekarang), dan Balai Pelatihan Perawat Pribumi di belakang loji (Lihat peta).
Untuk Balai Pelatihan Perawat Pribumi sekarang ini tidak ada karena telah
dibongkar.
Disebutkan waktu itu bahwa di
Purwodadi terjangkit penyakit Prambosia, Pathek, semacam penyakit kulit menular. Foto berlokasi di belakang loji Kaliceret, bernama Kompleks Balai Perawatan Pribumi, tampak beberapa pasien Prambosia/Patek sedang mendapat perawatan.
Patek kebanyakan menyerang kaki.
Pendeta Geriche yang melayani di
Keceme menaruk perhatian terhadap penderitaan rakyat ini dan secara langsung
ikut merawat. Untuk itu tahun 1903 didatangkan dr. S.Van Der Ley untuk mendirian
Rumah Sakit Pitulungan di Kaliceret.
Tampak dalam foto menceritakan para mantri Zendeling sedang memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Keberadaan Rumah Sakit Pitulungan ini
sangat membantu masyarakat sekitar. Terbukti kemudian banyak orang yang berobat
ke Kaliceret. Mereka yang menjadi sembuh kebanyakan tidak mau kembali ke
desanya tetapi menetap di Kaliceret. Banyak diantara mereka yang menjadi
Kristen dan dibabtis. Salah satu contoh adalah Mbah Kaji Badrun dari Kuripan
Purwodadi. Setelah sembuh dari penyakitnya, beliau tidak kembali ke desanya
tetapi menjadi Kristen dan menetap di
Kaliceret. Namanya kemudian diubah menjadi Isakar dan setelah itu ia diangkat
oleh Pendeta Belanda menjadi Kolpolteer (penjual buku rohani) yang menjajakan
dagangannya berkeliling dengan sepeda sampsi ke daerah Demak. Maka lama
kelamaan jemaat di Kaliceret semakin bertambah banyak. Sekitar tahun 1930an menjadi 400 orang. Maka
tahun 1935 di jemaat Kaliceret ditetap seorang guru Injil bernama M.Josafat Siswodarmo
yang melayani bersama Pendeta C.L. Bansemer dan Pendeta Sank. Karena Pendeta
C.L. Bansemer dan Pendeta Sank pergi ke Jerman maka tahun 1937 M.Josafat
Siwodarmo diangkat menjadi Pendeta pertama di Kaliceret.
Foto berikut ini menggambarkan jejak para pekabar Injil di Kaliceret
Bruder Bansemer sedang mengajak berjalan bersama anak-anak sekolah.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPuji Tuhan Pak, sudah menuliskan tentang Sejarah singkat pengabaran injil di dusun kaliceret, yang mana ini bisa menambah wawasan bagi anak cucu dari Mbah Isakar (Nama lengkap beliau : Wiro Rabidin Isakar), saya terutama cukup senang dapat membaca tulisan Bapak dan kiranya dengan tulisan Bapak dapat memberkati banyak orang.
BalasHapusJBU
Terima kasih pak Yemi. Maaf blog ini memang yang mengerjakan saya pribadi, jadi profresnya lambat, Saya sedang akan susun menjadi buku. Mudah2an kelar. Terima kasih
Hapusshallom...kebetulan saya adalah warga Keceme (GKJ Gundi, pepantan Keceme), jika ingin tahu tentang sejarah dan perkembangan gereja khususnya di wilayah Keceme dan Gundi bisa kemana atau menghubungi siapa nggeh ? suwun
BalasHapusGusti mberkahi
Terima kasih pak Fedi. Sekarang bapak tinggal di mana> Bapak bisa hubungi Pendeta GKJ Gundi, Pdt.Stefanus BUdi Sarwono, WA, 0852-2785-9771. Bapak bisa juga tuliskan sejarah singkat pasamuwan keceme yang bapak tahu. Matur nuwun
Hapus