Minggu, 26 Agustus 2012

Bujono Pirukun/Kepungan



 BUJONO PIRUKUN/KEPUNGAN

      Secara etimologis bujono berarti perjamuan. Pirukun berarti rukun atau damai. Kata lain Bujono Pirukun adalah Kepungan. Kepungan berasal dari kata kepung, yaitu mengepung sesajian nasi beserta lauk pauk secara bersama-sama. Kebersamaan terwujud dengan makan bersama-sama, memakai tangan pada tempat yang sama, serta berbagi bersama. Rukun juga berarti damai atau mau hidup berdampingan. 


Inilah model menu sajian/hidangan setelah diracik, 
sebelum disantap bersama

     Hal ini terbukti dengan hidangan yang dibawa masing-masing jemaat, kemudian diracik dalam sebuah wadah menjadi lengkap berwarna-warni. Semua akan bisa menikmati hidangan yang dibawa semua warga jemaat. Bagi yang tidak kuat membawa lauk ikan atau ayam, akan bisa ikut menikmati bersama. Sedang bagi yang kuat membawa lauk yang lebih lengkap, harus merelakan diri dibagi bagi yang lain. Satu untuk semua, semua untuk satu.


Gambar Ibu2 sedang meracik makanan yang dibawa jemaat

Sedang secara teologis, bujono pirukun berarti perjamuan kasih, atau perjamuan makan bersama sebagai ekspresi hidup setara saling mengasihi. Hal ini dilakukan karena jemaat adalah orang-orang percaya yang telah ditebus oleh Yesus Kristus yang berkedudukan sama di hadapan Allah. Mereka semua sebagai keluarga Allah. Sehingga perjamuan kasih dimakna sebagai makan bersama yang menggambarakan perjamuan makan di surga. Oleh karena itu semua orang menghayatinya sebagai kesataraan untuk saling menerima dan sejajar tanpa disekat oleh perbedaan apapun.


                                       Jemaat setara satu rasa menikmati kepungan





      
 "Kamu telurnya ya, aku peyeknya aja"

      Dalam satu tahun Bujono Pirukun di GKJ Kaliceret dilaksanakan sebanyak 4 kali. Yaitu pada saat peringatan Paskah (Bulan Maret/April), Bulan Juli, Bulan Oktober/Pekan Keluarga, dan pada saat hari Natal, atau saat peristiwa khusus sesuai permintaan dan kondisi, misalnya ada tamu dari luar kota yang ingin merasakan Bujono Pirukun, saat Tukar Mimbar Klasis, atau Tukar Mimbar Sinode, dll.
Foto-foto Saat Team dari YAKKUM Purwodadi 
menikmati Kepungan


Tim RS.Panti Rahayu YAKKUM Purwodadi sedang menikmati Kepungan


Ayo, ramai-ramai ambil!

     Perlengkapan Bujono Pirukun/Kepungan adalah sejumlah sajian nasi dan lauk pauk serta sayur masyur kudapan yang diracik dalam satu wadah besar untuk kemudian dikepung/dimakan bersama-sama. Makanan ini dibawa oleh jemaat dari rumah masing-masing. Ada yang membawa nasi dengan lauk tertentu. Ada yang membawa nasi dengan sayuran tertentu, dll. Setiiap orang membawa bekalnya sesuai dengan kemampuan masing-masing. 
     Mereka membawa dan mempersiapkan dengan suka cita sebagai ungkapan syukur atas berkat Tuhan kepada mereka. Bahkan acara seperti ini selalu dinanti-nanti kedatangannya. Tidak heran mereka yang merantau keluar Kaliceret sangar merindukan nostalgia acara Bujono Pirukun, terutama pada saat hari Natal, banyak warga jemaat yang pulang ke Kaliceret tumpah ruah untuk mengikuti acara ini.




 Rekan-rekan dari RS.Panti Rahayu Yakkum sedang menikmati
Bujono Pirukun, Minggu, 21 Juni 2015

     Biasanya Bujono Pirukun dilaksanakan setelah ibadah selesai. Warga jemaat kemudian pulang ke rumah masing-masing untuk kembali lagi ke gereja sembari membawa bekal perlengkapan Bujono Pirukun. Perlengkapan ini kemudian diracik lagi di wadah besar dan disajikan dari semua yang ada di bawa oleh jemaat, Jadi mereka yang kemudian makan bersama akan menikmati semua yang dibawa dan tidak bisa memilih-milih. Di sinilah letak rasa berkorban untuk bersedia berbagi dengan apa yang mereka bawa. Yang tidak mampu menikmati bekal dari yang mampu. Sebaliknua yang mampupun harus rela merasakan hidangan dari yang tidak mampu.
     Cara menyantap bujono pirukun cukup unik. Secara otomatis warga jemaat berkumpul/mengepung hidangan sesuai wadah yang ada. Maka akan timbul lingkaran-lingkaran yang mengepung sajian. Sehingga Buono Pirukun sering disebut juga Kepungan. Meraka yang menyantap makanan juga tidak memakai sendok atau garpu, tetapi “muluk” atau memakai tangan secara langsung sehingga akan timbul kenikmatannya saat menyantap Bujono Pirukun secara bersama-sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar