Selasa, 19 Desember 2023

SEJARAH PEPANTHAN PENADARAN DAN POS GUNUNG TUMPENG

 SEJARAH PEPANTHAN PENADARAN

 

Sejarah Pepanthan Penadaran berkaitan erat dengan usaha Bp.Pdt.Koerdi Poedjowijono membuka pos pelayanan ibadah di tempat Bp.Modin Ngrawing. Bp.Modin merelakan rumahnya dipakai untuk tempat ibadah. Kabar ini didengar oleh Bp.Radin Rana Dirjo warga Penadaran. Maka sekitar tahun 1966 beliau beserta anaknya Bp.Darwito pergi ke Ngrawing untuk mengikuti ibadah. Secara rutin Bp.Radin dan Bp.Darwito mengikuti pembinaan iman yang dilaksanakan Bp.Pdt.Koerdi Pudjowijono. Maka sekitar tahun 1968 Bp.Radin Rana Dirjo berserta istrinya Ibu Rawiyem, juga Bp.Darwito dan istrinya Ibu Sutiyem menjadi Kristen. Sekalipun begitu, tak satupun warga Ngrawing yang tertarik masuk menjadi Kristen, termasuk Pak Modin dan keluarganya.

Setelah itu ibadah dilayani di Penadaran oleh Bp.Pdt.Koerdi Poedjowijono. Lama kelamaan banyak warga lain yang tertarik menjadi Kristen. Mereka kemudian menjadi warga Pepanthan Penadaran. Mereka itu ialah:

1. Bp.Radin Rana Dirjo berserta istrinya Ibu Rawiyem, beserta anak-anaknya

2. Bp.Darwito dan istrinya Ibu Sutiyem, beserta anak-anaknya

3. Bp.Sutar dan keluarganya

4. Bp.Matrias dan keluarganya

5. Bp.Ngadri dan keluarganya

6. Bp.Sarpa dan keluarganya

7. Bp.Hadi (Guru SD Penadaran dari Kudus)

Pepanthan Penadaran menurut penuturan Bp.Darwito pernah terhenti karena tidak terlayani dari Kaliceret sehingga Bp.Radin Rana Dirjo dan Bp.Darwito beribadah ke Kaliceret dengan naik sepeda.

Sekitar tahun 1978 Bp.Sutar dan Bp.Matrias sekeluarga bertransmigrasi di Sumatra. Di sana mereka memiliki peran penting dalam perkembangan gereja baru. Sekarang ini Pepanthan Penadaran memilki warga jemaat 18 orang yang terdiri dari keluarga:

1. Bp.Edy Utoyo (Bp.Carik)

2. Bp.Darwito

3. Bp.Budi

4. Bp.Tulus

5. Bp.Bambang

6. Bp.Ari

7. Bp.Parlan

 


SEJARAH POS PELAYANAN GUNUNG TUMPENG

 

Pos pelayanan Gunung Tumpeng ada karena pengembangan dari Pepanthan Penadaran.

Di Gunung Tumpeng ada seorang mandor tanam bernama Bp.Sura beliau kenal dengan Bp.Carik Penadaran Bp.Radin Rana Dirjo. Melalui beliau kemudian dilayani ibadah dari Penadaran. Ibadah dilaksanakan pada siang hari setelah Pepanthan Penadaran. Mereka yang masuk Kristen hanya Bp.Suro dan keluarganya.

Gunung Tumpeng termasuk wilayah Juwangi. Perjalanan lebih mudah ditempuh dari Juwangi. Untuk menjangkau Gunung Tumpeng, maanperjalanan harus menempuh medan terjal melewati hutan. Karena kondisi ini maka lama kela pos pelayanan Gunung Tumpeng tidak terlayani. Maka setelah Bp.Suro meninggal anak-anaknya kembali memeluk agama Hindu dan Budha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar