JEJAK SEJARAH KEKRISTENAN DI KALICERET
PENGANTAR
Sejarah merupakan serangkaian peristiwa penting dalam kehidupan manusia
pada masa lalu. Hal itu sangat berpengaruh dalam kehidupan sekarang. Karena
data dan peristiwa masa lalu membawa pesan kehidupan untuk generasi jaman ini.
Demikian pula dari sejarah masa lalu, kita dapat belajar banyak hal. Tidak
terkecuali dalam kehidupan gereja, peristiwa masa lalu merupakan rangkaian
peristiwa penting tentang terjadinya sebuah gereja, komunitas orang kristen,
model khas perilaku suatu generasi, situs dan peninggalan, dll.
Namun untuk menyusun suatu sejarah menjadi sebuah rangkaian peristiwa
yang runtut tidaklah mudah. Rekonstruksi tentang suatu peristiwa masa lalu diperlukan
usaha yang sungguh-sunguh. Pengumpulan
bukti-bukti sejarah menjadi tantangan tersendiri. Untuk itu diperlukan
ketekunan dan ketrampilan merangkai peristiwa masa lalu dengan baik. Di sinilah
dibutuhkan peran berbagai pihak agar dokumen sejarah itu bisa menjadi rangkaian
peristiwa yang bisa bercerita dengan runtut dan utuh. Cerita utuh ini akan
memberi manfaat yang sangat besar dan luas.
Menurut penulis, tantangan besar
dalam merangkai peristiwa masa lalu adalah:
Pertama, minimnya sumber tertulis. Sumber
tertulis bisa berupa catatan pribadi, notula gereja, surat perjanjian, dll, bila
tidak ditemukan berkaitan dengan suatu peristiwa tertentu, hal itu akan membuat
kesulitan besar. Misalnya tentang peristiwa perpecahan gereja. Momen pertama
itu bisa jadi tidak ada yang mendokumentasikan. Sumber tertulis mengenai hal tersebut minim
sekali. Generasi kini dalam gereja hanya mendapatkan cerita tentang masa lalu mengenai
sebuah peristiwa. Dokumen tertulis yang menjelaskan atau memberi gambaran
tentang hal tersebut tidak ada sama sekali. Hal ini terjadi karena generasi
pada saat peristiwa sejarah waktu itu tidak menyadari betapa penting peristiwa
yang sedang terjadi. Barangkali dianggap sesuatu yang tidak berarti. Oleh
karenanya luput dari perhatian, baik tertulis, maupun dalam bentuk dokumen lain,
seperti foto, apalagi dokumen audio atau video. Keterbatasan jaman dan
teknologi sering memicu kelemahan ini. Bahkan sisi kelemahan lain adalah tidak
adanya tokoh yang dengan telaten dan cermat mendokumentasikan/mencatat semua
peristiwa penting tersebut secara sengaja, secara teratur, rapi, dan baik untuk
semua peristiwa yang terjadi dalam gereja.
Kedua, minimnya artefak peninggalan
sejarah. Artefak disini tidak harus barang mahal, namun barang-barang biasa
yang memiliki arti penting dan bisa bercerita tentang sebuah peristiwa sejarah
masa lalu, misalnya cawan, lonceng, pintu, jendela, salib, jubah pendeta, tegel
lantai, sepeda, motor inventaris, foto-foto kuno, mimbar, batu nisan, dll.
Cerita yang dimiliki berkaitan dengan benda tersebut menjadi artefak
peninggalan sejarah penting bagi sebuah peristiwa sejarah. Misalnya makam kuno
pertama di Kaliceret adalah batu marmer bertuliskan Kinny Kuhnen, lahir pada
tanggal 10 Agustus tahun 1863, meninggal pada tanggal 13 September tahun 1899. Makam kuno kedua adalah Ibu Mar Paulus,
meninggal pada tanggal 28 Januari tahun1919.
Makam tua ketiga yang ditemukan adalah pasangan suami istri bernama R.S.Elias,
wafat 1933 dan istrinya R.Ngt.Ester tertulis dimakamkan 17-7-1935. Tahun itu
memberi gambaran luas tentang orang yang telah meninggal. Setidaknya kita bisa membayangkan para penghuni Kaliceret yang
telah ada sebelumnya, sebelum Kaliceret menjadi sepadat penduduk sekarang. Juga
dari gelar R.Ngt.Ester, kita bisa tahu bahwa beliau adalah golongan ningrat. Pertanyaannya,
mengapa beliau bisa di Kaliceret. Orang aslikah atau pendatang? Karena
dimakamkan di Kaliceret, berarti beliau penduduk Kaliceret. Hal-hal itulah yang
bisa kita kembangkan dari bukti adanya makam kuno di Kaliceret.
Ketiga, punahnya generasi pelaku
sejarah. Generasi pelaku sejarah termasuk kunci sumber suatu sejarah. Dari
mereka kita bisa merangkai misteri dari suatu peristiwa sejarah. Namun
sayangnya, ketika suatu peristiwa sejarah akan disusun, golongan ini sudah
banyak yang meninggal. Atau mereka yang masih hidup, tidak memiliki dampak
besar terhadap penyusunan sejarah karena mereka yang masih hidup tetapi dengan
ingatan terbatas. Disinilah pentingnya gereja perlu segera tanggap sewaktu para
pelaku sejarah penting ini masih hidup agar tidak disia-sikan dan dilewatkan.
Sejarah gereja harus segera disusun, tanpa menunggu generasi kunci ini berlalu.
Keempat, menganggap sejarah gereja
sebagai sesuatu yang remeh. Sejarah gereja merupakan kekayaan yang sangat
penting. Dari sana gereja bisa belajar dan memperoleh banyak makna. Bahkan dari
sejarahnya, gereja akan memiliki pijakannya yang kuat dan kontekstual dalam
membangun visi dan misi gereja. Tanpa pijakan sejarahnya, visi dan misi gereja
akan menjadi kosong dan tanpa makna, karena tidak berangkat dari konteks
pergumulannya yang otentik. Oleh karena itu gereja tidak boleh memandang remeh
setiap peristiwa yang terjadi. Karena hal itu akan sangat menolong gereja di
kemudian hari. Karenanya gereja perlu dengan telaten dan cermat mendokumentasikan
setiap peristiwa penting dengan baik. Di jaman IT yang sangat canggih ini,
managemen file bisa memanfaatkan berbagai media internet untuk menyimpannya,
seperti google drive, google foto, blog, dll. Kelebihannya adalah file dalam
bentuk tersebut bebas dari kebakaran, kerusakan, rayap dan ngengat, tidak perlu
lemari besi besar untuk menyimpannya.
Dalam berbagai keterbatasan tersebut, penulis beryukur bisa menghadirkan
buku sederhana ini dimaksudkan agar kita bisa menghargai sejarah gereja dengan
baik, lalu dengan rajin merawat dan memperhatikan dinamika kehidupan yang
terjadi, supaya generasi sekarang dan yang akan datang tidak luput memahami
sejarahnya dan mendapat makna darinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar