KEPUNGAN
Kata Kepung atau mengepung merupakan acara makan bersama, mengelilingi suatu sajian makanan. Nama lain kepungan adalah Bujono Pirukun, atau Kembul Bujono.
Saat kepungan, makanan disajikan di atas tampah/semacam nampan dari bambu. Masing-masing orang menikmati makanan dengan memakai tangan langsung, tidak dengan sendok. Semua merasakan kebersamaan, merasakan kesetaraan. Hal ini dimaknai bahwa pengorbanan Yesus Kristus telah menyatukan umat sebagai keluarga Allah tanpa mengenal suku, ras, golongan dan strata sosial. Sehingga dihadapan Allah semua sama dan setara. Makan bersama kepungan dimaknai untuk menghayati dasar iman yang demikian.
Gambar contoh sajian untuk kepungan
Tradisi unik ini dilaksanakan secara rutin di GKJ Kaliceret pada saat peristiwa istimewa, misalnya pada saat perayaan hari Natal, Paskah, bulan keluarga/bulan Oktober, atau peristiwa khusus (pada saat tukar mimbar klasis, sinode, atau kedatangan dari kunjungan gereja lain)
Dasar teologis Kepungan atau Bujono Pirukun adalah kehidupan rohani yang mencerminkan keselamatan yang telah dikaruniakan Yesus Kristus kepada jemaat. Oleh karenanya, keselamatan dihayati sebagai anugerah yang mengikat tali persekutuan umat. Masing-masing orang menjadi satu keluarga. Tidak ada yang tinggi dan tidak ada yang rendah. Semuanya setara. Semua sederajat di hadapan Allah. Bujono Pirukun (Perjamuan Kasih) juga mempresentasikan Perjamuan Kudus Tuhan di surga nanti.
Di depan hidangan yang tersaji semua merasa sederajat dan setara di hadapan Allah. Kepungan tidak mengenal kelas sosial. Semua membaur menjadi satu, duduk lesehan, satu lantai, satu tekat, satu kasih, tidak ada yang membedakan.
Suasana ini menunjukkan kerukunan antara sesama umat, sebagai rasa syukur karena telah dirukunkan oleh Yesus Kristus atas dosa-dosa manusia yang telah diperbuat. Oleh karena itu, maka kepungan juga dinamakan Bujono Pirukun.Jemaat sedang menikmati kepungan
TATA CARA KEPUNGAN
Selesai ibadah, jemaat pulang untuk mengambil makanan dari rumah masing-masing, berupa nasi, sayur-sayuran(gudagan), dan lauk-pauk. Sesampai di gereja, semua bekal jemaat diracik menjadi satu hidangan. Sehingga tiap sajian yang disantap bareng berasal dari bekal umat yang beraneka ragam, Disinilah makna berbagi dan saling menerima terjadi. Semua bisa saling berbagi dan memberi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar