A.
ASAL-USUL KALICERET
Nama Kaliceret berasal dari beberapa legenda atau cerita dari mulut ke
mulut. Tidak ada satu dokumenpun yang dapat menjelaskan dengan pasti asal nama
Kaliceret.
Cerita tutur (a.l.oleh Bp.Abil Karto Atmojo dan Bp.Radiman Kadarwanto),
nama Kaliceret berasal dari dua kata, yaitu kali (sungai) dan sakcleret
(sederet kecil). Kata ini untuk menggambarkan rumah-rumah penduduk
yang menempati di sepanjang pinggir jalan membujur dari Utara ke Selatan
membentuk seperti kali sakcleret.
Bp.Abil
Karto Atmojo
Cerita tutur kedua, nama Kaliceret berasal dari
nama kaline sakceret, atau sungainya seceret (ceret adalah nama lain teko air
dalam bahasa Jawa). Hal ini sangat masuk akal karena dulu wilayah Kaliceret
terkenal sangat sulit air, sehingga dianggap airnya hanya saceret/sedikit. Di Kaliceret
ada 2 sungai kecil, yaitu di ujung Utara dan ujung Selatan kampung, di mana
sungai ini masing-masing memotong dukuh, dari Barat ke Timur, mengalir pada
saat musim hujan saja. Maka orang menyebut kaline caceret/sungainya hanya kecil
sekali.
Cerita tutur ketiga, dukuh Kaliceret dulu katanya
merupakan hutan lebat yang dibuka menjadi areal tempat tinggal. Konon dibuka
oleh tentara Mataram yang mengungsi ke wilayah hutan karena terdesak oleh tentara
Demak. Setelah mereka tiba di desa Mrisi (menurut penuturan Alm Bp.Srijono,
Mrisi sendiri berasal dari kata Marisi artinya mewarisi), mereka
kemudian membuka hutan di selatan desa Mrisi menjadi wilayah pemukiman yang
kemudian di namakan dukuh Kaliceret. Oleh karena itu karena alasan tersebut,
dukuh Kaliceret menjadi wilayah desa Mrisi sekalipun terpisah jauh oleh hutan,
sementara di Utara ada desa Kapung yang lebih dekat dengan Kaliceret. Dulu
dukuh Kaliceret pernah menjadi bagian wilayah desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati.
Tetapi karena pertimbangan sejarah, Kaliceret kembali menjadi wilayah desa
Mrisi.
Ada tiga
peninggalan makam kuno di Kaliceret, yang bisa memberi gambaran pada kehidupan awal sekali di dukuh Kaliceret, yang
sudah terjadi begitu lama dari yang bisa diketahui. Yang pertama adalah makam kuno/tua di Kaliceret dengan batu marmer bertuliskan
Kinny Kuhnen, lahir pada tanggal 10 Agustus tahun 1863, meninggal tanggal 13
September tahun 1899. Makam kuno kedua adalah
makam Ibu Mar Palulus. Meninggal pada tanggal 28
Januari tahun 1919.
Sedang makam kuno ketiga yang ditemukan
adalah makam pasangan suami istri bernama R.S.Elias, wafat 1933 dan istrinya
R.Ngt.Ester tertulis dimakamkan 17-7-1935.
Makam Caroline Auguste Alwine Bulten/Kinny Kuhnen
Lahir 10 Agustus 1863, Meninggal
13 September 1899
Makam kuno
kedua, Ibu Mar Palulus. Meninggal 28 Januari 1919
Dukuh
Kaliceret sekarang ini memiliki 5 wilayah RT, dengan penduduk sekitar 537
orang, dengan 202 KK. Kebanyakan penduduknya bermata pencaharian sebagai petani,
petani perambah hutan, beberapa wiraswasta, pegawai swasta, tenaga kesehatan,
perangkat desa, guru, PNS, Pensiunan, dan pegawai Rumah Sakit.
Dukuh Kaliceret berada di pinggiran wilayah
hutan jati PKH Kabupaten Semarang. Pada tahun 1980-an, hutan jati di wilayah
sekitar Kaliceret masih utuh dan sangat lebat. Dukuh Kaliceret waktu itu
terkenal berhawa sejuk dan asri. Maka disinilah berdiri rumah sakit Kristen
Kaliceret sebagai tempat merawat pasien penyakit paru (sanatorium). Waktu itu
sekitar Kaliceret masih banyak hidup binatang liar, seperti kijang, babi hutan,
dan binatang liar lainnya. Seringkali mulai sore sampai waktu malam banyak
celeng/babi hutan yang berkeliaran di sekitar rumah penduduk. Kondisi hutan
yang masih lebat juga membuat banyak mata air tersedia di sepanjang bukit
utara Kaliceret. Masyarakat menamai sumur ini dengan nama Sumur Tutup. Pada
masanya Sumur Tutup peninggalan Belanda ini sangat mencukupi untuk kebutuhan
utama air di rumah sakit kristen di Kaliceret (Lihat sejarah Rumah Sakit
Kaliceret) dan masyarakatnya